Rabu, 09 Januari 2008

beLajaR jaRiMaTika

METODE berhitung cukup bervariasi saat ini. Salah satunya adalah metode jarimatika. Metode ini merupakan cara berhitung dengan menggunakan jari-jari. Bagaimana cara berhitung ini sebenarnya? Berikut wawancara Wartawan Harian Fajar, Syaikhan Azzuhri Rumra dengan penemu metode jarimatika, Septi Peni Wulandani yang juga Direktur PT Jarimatika Indonesia, di Restoran Surya, Senin 5 Maret lalu. Bagaimana kabar Anda? Alhamdulillah baik-baik dan Insya Allah sukses selalu seperti Anda.

Masyarakat saat ini sangat ingin mengetahui apa itu jarimatika dan bagaimana modelnya. Bisa Anda jelaskan apa sebenarnya metode itu? Jarimatika adalah metode dasar yang membantu anak-anak berhitung dasar, tambah, kurang, kali dan bagi. Jadi ini hanya mengunakan jari tangan, baik kanan maupun kiri, untuk penambahan maupun pengurangan, perkalian dan pembagian. Ini hanya basic bagi anak-anak untuk menguasai berhitung. Nantinya setelah mereka lulus jarimatika, akan masuk fun mathematic.

Bisa dijelaskan apa itu fun mathematic? Fun matematik itu menyenangkan. Jadi matematika itu akan lebih menyenangkan, menjadikan anak-anak mudah dalam berhitung. Jadi kita buat level yang sederhana, dalam satu level dibentuk tiga bulan, dan level lainnya yang punya basic matematika kuat, maka akan dimasukkan ke fun mathematic.

Cara berhitungnya bagaimana? Di jarimatika dikenal jari tangan kanan itu untuk hitungan satuan dan jari kiri untuk puluhan. Jari telunjuk satu, seterusnya dua, tiga dan empat, kemudian jempol lima. Kemudian enam (Septi mencontohkan jempol dan telunjuk dibuka, jari lain ditutup), seterusnya tujuh, delapan, sembilan. (angka tujuh itu, dibuka jari jempol, jari telunjuk dan jari tengah, hitungan seterusnya jari manis dan kelingking juga dibuka untuk angka delapan dan sembilan). Jari kiri, telunjuk sepuluh, seterusnya 20, 30, 40, jempol 50, 60, 70, 80 dan 90 (ia mencontohkan membuka dan tutup jari berdasarkan contoh di atas).

Anak-anak nanti mulai berhitung dari tambah itu dibuka, kurang ditutup. Dengan demikian, mereka akan memahami tambah dua buka, tambah dua buka, tambah lima buka, kurang empat tutup, maka hasilnya lima.

Pertama kali metode ini dipakai guru-guru tuna netra. Mereka merasa terbantu setelah menemukan jarimatika ini. Dan pernah di Bandung dijadikan tesis S2 pengajar tuna netra.

Mana sebenarnya yang bagus antara berhitung sempoa dan jarimatika? Jarimatika dan sempoa sama-sama bagus. Tidak ada yang jelek. Kalau jarimatika alatnya menggunakan jari, sempoa harus menggunakan alat. Sempoa itu berhitung dengan membayangkan alat, kalau di jarimatika tidak membayangkan, karena tidak ingin membebani memori otak.

Jari itukan bergerak terus, motoriknya terbantu dan hasilnya sudah bisa diketahui.
Perbedaan lebih mendasar lagi, kita melakukan pelatihan untuk ibu-ibu. Kalau tempat lain kan ada yang takut ilmunya diambil. Kalau di Jarimatika, fokus pertama adalah ibu-ibu dididik. Nanti setelah terdidik, perkara dia akan masukkan anaknya ke tempat kursus atau tidak, itu terserah dia.
Kita kan mengharapkan siapa tahu ibunya bisa berusaha dan membuka tempat semacam ini di kotanya.

Kelebihan jarimatika secara spesifik bagi anak-anak seperti apa? Kalau anak-anak berhitung dengan menggunakan alat, nanti ada ketergantungan dengan alat. Kalau jari, dia tidak terbebankan dengan alat, sehingga saat ulangan dia tidak tersiksa karena alat.

Karena sampai ke taraf membayangkan itu juga butuh proses. Tapi di Jarimatika, cukup dia mengetahui metode dasar. Sampai disitu hanya butuh satu bulan atau dua bulan dia sudah bisa menggunakannya. Jelas itu akan membantu pelajaran di sekolahnya. Apalagi ini kita hubungkan dengan pelajaran di sekolahnya. Kan suatu metode kalau dipelajari dan tidak dihubungkan dengan pelajaran sekolah maka akan gugur dengan sendirinya.

Apakah pernah ditawarkan kepada pemerintah agar jarimatika dijadikan kurikulum sekolah? Pernah kita tawarkan untuk dijadikan kurikulum sekolah. Tapi belum direspons. Maklum karena semakin banyak metode pada pendidikan kita di Indonesia. Walau demikian, ada juga yang mengambilnya sebagai ekstra kokurikuler. Sehingga saya bilang, hanya orang kaya yang bisa memilih.

Metode berhitung jarimatika katanya diajarkan dengan cara bermain ya? Motto kita mudah dan menyenangkan. Berarti dibuat semudah mungkin dan menyenangkan. Untuk dapat senang itu, anak-anak butuh bermain. Sama halnya jarimatika, lebih banyak belajar dengan cara bermain. Dengan demikian anak-anak lebih fresh.

Usia ideal untuk mempelajari jarimatika berapa tahun? Usia idealnya tiga hingga 12 tahun. Paling mantap lagi kalau sudah masuk usia TK (taman kanak-kanak).

Butuh berapa lama untuk belajar jarimatika kalau ingin mahir? Secara serius, basic training dua hari, pemantapan satu bulan. Setelah itu ada ujian. Jadi satu bulan saja sudah bisa mahir. Ada juga sistem reguler seminggu sekali sampai bisa. Di Makassar ada cabang, yang juga mengadakan program-program itu, termasuk program untuk ibu-ibu.

Apa jarimatika sudah cukup dikenal masyarakat? Saat ini jarimatika sudah ditanggap secara keseluruhan. Sebab respek masyarakat luar biasa, ketika metode ini muncul. Bahkan kita dapat Danamon Award sebagai program pemberdayaan masyarakat.

Apa manfaat belajar jarimatika? Manfaat jarimatika, memberikan dasar matematika yang menyenangkan. Kalau kenalan pertama kali enak, maka selanjutnya enak. Kedua konsep dasar mengajarkan anak tentang konsep dasar matematika atau aritmatika dengan mudah. Sehingga ke depan anak-anak akan senang. Ketiga memberikan peluang kepada ibu-ibunya untuk berusaha tanpa meninggalkan anak-anaknya.

Dari mana sebenarnya inspirasi awal membuat metode berhitung jarimatika ini? Inspirasi awal saya temukan karena melihat anak-anak saya di usia dua tahun kebingungan berhitung. Setelah saya coba satu persatu metode yang berkembang, ternyata belum cocok juga. Setelah itu saya cari apa yang mereka senangi. Ternyata mereka senang dengan jari-jarinya. Di situ saya berpikir kenapa tidak kita kembangkan saja cara berhitung dengan jari.

Sejak itu saya mulai berpikir konsep berhitung dengan jari-jari. Alhamdulillah kita temukan. Tapi hanya angka satuan dan puluhan, bagaimana dengan angka ratusan? Di situlah kita temukan dengan menggunakan biku-biku jari.

Tahun berapa Anda menemukan inspirasi itu? Jarimatika itu ditemukan tahun 2000. Dari 2000 sampai 2003 kita coba dalam labolatorium keluarga bersama anak-anak. Setelah berhasil barulah saya publish lewat buku, beberapa penerbit tertarik dan mencetaknya. Setelah itu barulah dilakukan pelatihan-pelatihan seperti ini (basic training dan seminar praktis jarimatika).

Berapa banyak cabang yang sudah Anda miliki? Cabang sudah ada di semua kota di Indonesia, kemudian semua cabang berhak mengembangkan unit di kotanya masing-masing.

Perkembangannya cukup pesat ya? Ya, memang cukup besar, setelah ada bantuan media massa, baik cetak maupun elektronik. Kalau televisi satu kali menayakan, sangat cepat sekali direspons masyarakat.

Apa sebenarnya tujuan PT Jarimatika Indonesia ini? Tujuannya membuat ibu-ibu pintar. Kalau ibu-ibu pintar, dia bisa mengajari anaknya dengan hanya memakai jari. Apalagi buku panduan mempelajari jarimatika ini sudah banyak dijual. Dengan demikian, ada kedekatan antara ibu dan anak. Bisa menimbulkan kedekatan emosional sehingga tidak tergantung pada sekolah.

Apa saran Anda bagi masyarakat? Saya sarankan ibu-ibu belajar jarimatika secara mendalam. Setelah belajar, ibu-ibu bisa lebih awal mengajarkan anaknya sampai mahir, kemudian meningkat dengan mengajarkan anak orang lain, hingga buka usaha dengan jarimatika.

Tidak ada komentar: